Nggak Sama dan Nggak Bisa Dipaksakan

Bild von Jerzy Górecki auf Pixabay 


(.”) : Lho kok nggak ambil ikannya?
Aku : Nggak suka ikan.
(.”) : Kenapa?
Aku : Rasanya aneh.
(.”) : Padahal ikan enak lo. Jadi kalo makan pake apa?
Aku : Sayur sama tahu tempe.
(.”) : Tahu tempe aja? Lho kasihan. Kok bisa sih gak suka ikan?
Aku : -___-

Begitu terus sampe gerhana matahari berikutnya.

Seringnya dinyinyiri karena nggak mau makan ikan, aku mencari tau kenapa sih suatu makanan enak menurut si A tapi belum tentu enak buat si B.

"We have differences because of variations in our genes, and that is likely to greatly impact how much sugar I want to have in my coffee." - Dr Charles Zuker, a neuroscientist from Columbia University in New York. (By Sean Coughlan - Education correspondent, http://www.bbc.com/news/business-37800097)

Along with sweet and bitter, the tongue distinguishes three other primary taste qualities; salty, sour, and umami (Japanese for savory). These basic taste qualities, in combination with the senses of smell and touch, allow us to recognize thousands of different flavors, Pritchard says. It's no wonder we're picky eaters. ... Psychological factors add another layer of complexity to food perception. Children develop food preferences through exposure and association, Pritchard explains. When children encounter chili peppers early and often, for example, the chances are high that they will like them as adults. Similarly, a child who remembers eating a particular food when feeling sick, happy, irritated, or distressed, may associate that flavor with a specific feeling for the rest of his or her life. - Thomas Pritchard, associate professor of neural and behavioral sciences. (Source: By Tia Bochnakova, Research Penn State, https://m.phys.org/news/2007-01-foods.html)

A recent article in the Washington Post laid out the five influences on how people taste food.
  1. Genetics: People experience bitter flavors differently, as the combination of bitter receptor genes varies for each person. And almost everyone lacks the ability to detect at least one scent, meaning that the chemical that gives truffles their distinctive odor might strike you as either offensive or earthy. Or you might be among the 25% who can't smell it at all.
  2. Experience: Did you know babies are predisposed to liking the foods their mothers ate while they were pregnant and later while breastfeeding? Exposing children to a wide range of foods can start even before they're born.
  3. Culture: Not many people like extremely bitter or spicy foods the first time tasting them, but they can come to tolerate and even crave them with repeated exposure and by being around people who enjoy these foods.
  4. Gender: Women are more likely to crave sweets and men are more likely to crave salty foods. This should come as no surprise if you've ever seen an advertisement for chocolate.
  5. Texture: Although science cannot yet fully explain why, some people simply hate gritty, slimy or creamy foods, no matter their flavor.
Do these factors explain any of your favorite or least favorite foods? (By Anjali Prasertong, http://www.thekitchn.com/5-reasons-why-we-love-some-foo-145555)

Dari ketiga sumber tersebut aku tarik kesimpulan kalau persepsi tiap orang terhadap suatu makanan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh dua faktor: (a) faktor internal yaitu genetik, gender, dan psikologis; (b) faktor eksternal yaitu pengalaman, budaya, dan tekstur makanan itu sendiri.

Dulu waktu kecil aku doyan banget makan ikan tongkol. Kapan tepatnya aku mulai nggak mau makan ikan sama sekali, kemungkinan besar karena kejadian yang aku lihat saat masih TK. Waktu itu aku lihat temanku nggak sengaja nelan duri ikan saat makan siang di kelas sampe dia muntah-muntah. Bisa jadi sejak saat itu aku jijik sama ikan. Atau barangkali aku pernah mimpi ditelan ikan tongkol tapi nggak bisa kuingat kejadiannya? Apapun penyebabnya, yang jelas aku nggak suka makan ikan dan sebel kalau dipaksa.

Setelah dinyinyiri sana-sini karena aku yang nggak mau makan ikan, kali ini giliran tempat makan. Buat orang yang gemar wisata kuliner pastilah tau spot-spot hits buat makan sekaligus nongki-nongki dan bakal berburu tempat-tempat makan baru yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Sedangkan buat orang yang yaudahlah-yang-penting-makan seperti aku, makan makanan apa pun asalkan sesuai selera (dan halal) ya hajar aja dan nggak perlu berburu makanan di tempat hits.

Heran aja saat ada orang yang gemar wisata kuliner berkomentar yang nggak penting banget soal kebiasaan makanku. Aku suka makanan A dan sering beli di tempat A. Saat sedang makan makanan A yang aku beli di tempat A itu, tuh orang ngomong, "Kalo suka makanan A, harusnya tau tempat-tempat hits makanan A." Hmmm... disenyumin aja apa diiris tipis-tipis ya enaknya? Nggak ada peraturan tuh yang mewajibkan seseorang harus tau tempat hits yang menyediakan makanan favoritnya.

Menurutku urusan makan nggak bisa diperdebatkan apalagi dipaksakan. Setiap orang punya selera sendiri-sendiri. Kebiasaan makan pun berbeda-beda tiap individu. Ada yang gemar berwisata kuliner dan coba-coba makanan baru, ada yang suka nyoba ke beberapa tempat makan untuk jenis makanan yang sama, ada juga yang yaudah-yang-penting-sesuai-selera dan nggak berburu tempat makan.

Wisata kuliner is not my thing. Sebagai anak indoor yang suka makan itu-itu aja, aku lebih seneng explore suatu tempat yang menarik bagiku kalau ada kesempatan jalan-jalan. Kadang diriku bertanya-tanya, ini yang bermasalah tuh selera dan kebiasaan makanku apa emang segelintir orang aja yang terlalu nyinyir.


Comments

  1. hahaha tos dulu, coba aja sekali-sekali yg gemar wisata kuliner itu you paksa buat wisata ekstrim misalnya naik pendulum di jatim park, mau nggak dia :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh tuh sarannya. Biar sama2 ngerasain kegemaran satu sama lain lol

      Delete
  2. Faktor kebiasaan ya..kayak suami yang dulunya nggak biasa makan nasi dan sambel..semenjak tinggal di Asia jadi doyan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah senangnya lihat bule doyan makanan lokal^^ aku pernah coba makan roti gandum biar kayak bule hehehe, tapi cuma bertahan beberapa minggu karena nggak gampang. Harus ke negaranya bule kali ya Kak biar cepet adaptasinya :D

      Delete

Post a Comment